Pemerintah Genjot Pertubuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan Naik

Wednesday, 19 July 2017

Pemerintah Genjot Pertubuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan Naik

Saat ini Pemerintah tengah kerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tembus di 5,4 sampai 6,1 persen pada 2018.

Target itu dipatok sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia. Jokowi meminta para menteri bekerja keras dan melakukan langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya. Investasi digenjot. Bahkan, Pemerintah daerah juga mesti mendorong investasi di wilayahnya agar pertumbuhan ekonomi daerah meningkat.
Namun di balik upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dinilai banyak pihak terlalu ambisius tersebut, angka kemiskinan juga tampak semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis tanggal 17 Juli 2017, pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).

Secara persentase, penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 7,73 persen, turun menjadi 7,72 persen pada Maret 2017. Sementara, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar 13,96 persen, turun menjadi 13,93 persen pada Maret 2017.

Selama periode September 2016–Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 188,19 ribu orang (dari 10,49 juta orang pada September 2016 menjadi 10,67 juta orang pada Maret 2017). Sementara, di daerah perdesaan turun sebanyak 181,29 ribu orang (dari 17,28 juta orang pada September 2016 menjadi 17,10 juta orang pada Maret 2017).

Sementara peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2017 tercatat sebesar 73,31 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2016 yaitu sebesar 73,19 persen.

Adapun jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, kopi bubuk dan kopi instan (sachet), dan bawang merah. Sementara itu, untuk komoditi bukan makanan yang besar pengaruhnya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan, angkutan, kesehatan, dan perlengkapan mandi. (IB)

Related Posts:

  • Buruh dan Masa Depan Bangsa Ribuan buruh yang tergabung dalam Komite Aksi Buruh Tangerang Bergerak melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Banten menuntut revisi UMK se-provinsi Banten. Massa bertahan hingga malam hari dan membubarkan diri… Read More
  • Pemerintah Genjot Pertubuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan Naik Saat ini Pemerintah tengah kerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tembus di 5,4 sampai 6,1 persen pada 2018. Target itu dipatok sejalan dengan perbaikan ek… Read More
  • Upah dan Buruh Orang-orang yang bekerja di perusahaan industri dan menerima upah, sudah biasa menyebut dirinya buruh. Orde Baru sering menyebut buruh dengan "karyawan". Sedangkan mereka yang bekerja di perusahaan jasa seperti bank dan… Read More
  • Belum Genap Satu Bulan Merayakan Kemerdekaan, Indonesia Digadai Ke Bangsa Asing Bak penyakit bisul, persoalan yang dihadapi bangsa indonesia bukan nya semakin kempes tapi malah membengkak. Tampaknya belum cukup derita yang ditanggung oleh rakyat akibat kebijakan-kebijakan para elit politik electoral … Read More

0 komentar: