Kenang Perjuangan Marsinah, Perempuan KASBI Sumatera Selatan Bagikan Selebaran dan 1000 Bunga Kepada Masyarakat

Thursday 11 May 2017

Kenang Perjuangan Marsinah, Perempuan KASBI Sumatera Selatan Bagikan Selebaran dan 1000 Bunga Kepada Masyarakat

Sejak siang hingga sore hari Rabu (10/5) ada aktifitas yang tidak seperti biasanya terjadi di Jalan Lintas Timur Sumatera. Tepatnya di Pasar Jahe, Kabupaten Ogan Komeeing Ilir, Sumatera Selatan, sejumlah ibu - ibu beratribut serba merah tampak menghampiri setiap kendaraan yang lalu lalang sembari membagikan bunga dan selebaran. Di setiap lembaran kertas yang mereka bagikan tertulis: "Matinya Marsinah Jangan Sampai Sia - sia".

Rupanya hal itu dilakukan dalam rangka memperingati kematian Marsinah, seorang buruh perempuan yang mati terbunuh di Tahun 1993 menuntut hak hak nya. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai ibu ramah tangga. Selain itu juga mereka adalah para pengurus dan anggota serikat buruh yang bekerja di perkebunan kelapa sawit milik PT. Wilmar Group dan PT. Sampoerna Agro.


Bagi mereka, Marsinah adalah sosok pejuang pemberani yang tidak pernah tunduk pada penindasan. Meski beberapa dari mereka tidak bekerja di pabrik layaknya buruh pada umumnya, tapi mereka sadar bahwa mereka adalah korban yang ikut merasakan dampak dari sistem kapitalisme yang hanya menginginkan keuntungan dengan pola pencurian nilai lebih dari tenaga buruhnya.

Tidak hanya itu, semampunya mereka berusaha bercerita dan menjelaskan kepada Masyarakan tentang kisah perjuangan Marsinah dan bagaimana kebringasan penguasa orde baru kala itu. Bahkan mereka juga memberi penjelasan kepada setiap warga masyarakat yang bertanya tentang aktifitas mereka.

Mbak Erna Wati misalnya. Walau dengan terbata - bata karena harus jalan setengah berlari mengimbangi laju truk yang dikendarain sang supir,  dia mengingatkan bahwa buruh harus belajar dari sejarah yang pernah ditorehkan oleh Marsinah dalam perjuangan nya.

"Ada apa ini mbak"? Tanya sang supir truk penasaran sembari mengurangi kecepatan laju kendaraan nya.

"Kami dari serikat buruh KASBI mas. Kami lagi bagiin selebaran Marsinah", sahut Erna.

"Pernah denger sih cuma gimana sih sebenarnya kasus nya Marsinah itu? Katanya dibunuh ya"? Lanjut sang supir yang tidak mau disebut namanya.

"Marsinah itu pejuang buruh perempuan mas. Dulu dia kerja di pabrik arloji, dia hilang waktu sedang mogok nuntut kenaikan upah. Dia diculik, dianiaya bahkan dibunuh di zaman Suharto", Jelas Erna dengan polos dan apa adanya.

"Oke mbak semangat ya, hidup Marsinah! Hidup KASBI"! teriak sang supir menyemangati Erna dan teman - temannya.


Berbeda dengan mbak Erna Wati, Dairy Catur dan Erni justru mengomentari foto Soeharto bertuliskan "Piye Kabare? Enak Jamanku Too" yang tertempel di bagian depan salah satu kendaraan yang melaju pelan karna kondisi jalan yang rusak parah. Bagi mereka, itu adalah bentuk pemutar-balikan fakta sejarah. Meski menurut mereka nasib kaum buruh dan rakyat di era reformasi masih sama bahkan jauh lebih parah dari era orde baru, retapi pemerintahan rezim orde baru dinilai telah meletakan dasar dasar dan menciptakan syarat syarat penindasan dan penghisapan yang dirasakan kaum buruh hingga hari ini.

"Emang enak too mas kalau rakyat kecil bercerita tentang derita dan kemiskinanya ditangkep, dimasukin ke bui, dituduh malawan penguasa"? Kritik Dairy Catur sambil menunjuk foto Soeharto yang sedang melambaikan tangan.

"Sejarah emang udah diputar balik mas sama negara makanya kita harus belajar sejarah yang sebenarnya. Emang yang bangun jalan tol, pelabuhan dan gedung gedung suharto? Kan buruh. Tapi bagaimana nasib buruh nya danbrakyat waktu itu? Nyawa aja murah bener udah kayak kacang", terang Erni menimpali Dary Catur.

Seusai membagikan bunga dan selebaran, pada malam harinya mereka menggelar Renungan Perjuangan Marsinah bersama anggota KASBI Sumsel lainnya. Selain menyanyikan lagu - lagu perjuangan, orasi dan membaca puisi, mereka juga mengadakan pertunjukan teaterikal.

Api semangat perjuangan Marsinah mereka gambarkan lewat seribu lilin dan lampion yang mereka nyalakan. Bendera, poster dan atribut lain yang berjejer di sekitar lokasi menunjukan keseriusan mereka dalam mempersiapkan pelaksanakan acara tersebut.



Marsinah adalah potret bagi pejuang hari ini. Namanya tidak begitu familiar di telinga masyarakat luas layaknya tokoh di cerita sinderela, namun perjuangan nya menjadi inspirasi bagi gerakan rakyat dan buruh yang berlawan di zaman yang super modern saat ini.

"Siapa yang gak kenal Marsinah? Tiap tahun kita mengenang kematiannya. Tidak cukup gandrung saja, tapi menghormati perjuanhan nya, yang berarti belajar dari sejarahnya dan lanjutkan perjuangan nya". Thomas mengingatkan.



Tepat pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan di ladang milik seorang petani di desa Nganjuk, Jawa Timur dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Dia diculik, dianiaya dan dibunuh hanya karena menuntut kenaikan upah di pabrik arloji PT Catur Putra Surya tempat ia bekerja disesuaikan dengan Surat Edaran Gubernur KDH Tingkat I, Jawa Timur Nomor 50 Tahun 1992, yaitu Rp. 2.250 atau naik Rp. 550 dari 1.750.

Hingga kini, kematian Marsinah masih misteri. Dalang dan pelaku di balik kematiannya belum tersentuh hukum dan masih menghirup udara. Bebera kali pergantian kekuasaan pemerintahan belum satupun yang berani dan serius mengungkap kasus Marsinah dengan terang dan mengadili para pelakunya. (IB)

0 komentar: