Katakanlah kamu masuk toko sepatu dan ingin membeli sepatu baru. Penjaga toko bertanya, "Sepatu apa yang kamu cari?"
"Saya cari sepatu yang..."
"Saya tahu deh yang kamu cari," modelnya. "Semua orang pakai yang ini nih. Percaya deh."
Buru-buru ia mengambil sepasang sepatu yang paling jelek yang pernah kamu lihat. "Coba nih lihat,” katanya.
"Saya tidak suka ah,”
"Semua orang suka kok. Ini yang paling laku sekarang ini.”
"Saya cari yang lain ah.”
"Saya janji deh kamu pasti suka.”
Tetapi saya...."
"Begini. Saya kan sudah sepuluh tahun jualan sepatu dan saya tahu sepatu yang bagus hanya dengan sekali lihat.”
Setelah
pengalaman tersebut, apa kamu mau kasuk ke toko itu lagi? Pasti tidak
kan. Mana mungkin kamu percaya orang yang memberimu solusi sebelum
memahami apa kebutuhanmu. Tetapi tahu tidak, bahwa kita pun sering
begitu kalau berkomunikasi?
"Hei Melissa, apa kabar? Kamu kok kelihatannya depresi sih. Ada masalah?"
"Kamu gak bakal ngerti deh, Colleen. Pasti kamu menganggapnya tolol.”
"Enggak deh. Cerita dong. Aku dengerin deh.”
"Enggak deh. Cerita dong. Aku dengerin deh.”
"Ah, nggak tau deh."
"Ayolah. Ceritalah.”
"Kan sudah kubilang, jangan terlibat sama dia deh. Dari dulu aku juga tahu bakalan begini jadinya.”
"Begini Melissa, kalau aku jadi kamu, aku lupain deh dia itu.”
"Tapi Colleen, bukan begitu perasaanku.”
"Percayalah. Aku tau bagaimana perasaanmu. Tahun lalu aku juga mengalami hal yang sama. Kamu tidak ingat ya? Semuanya akhirnya jadi berantakan kan.”
"Lupain aja deh, Colleen.”
"Melissa, aku kan cuma ingin bantu. Aku sungguh ingin mengerti. Ayolah cerita. Bagaimana perasaanmu.”
Kita
memang cenderung meleset begitu saja seperti supermen dan mengatasi
semua masalah orang bahkan sebelum kita memahami apa masalahnya. Kita
pokoknya tidak mendengarkan. Seperti pepatah bangsa Indian Amerika,
"Dengarkanlah, kalau tidak, lidahmu akan membuatmu tuli.”
Kunci
komumikasi dan punya kuasa serta pengaruh terhadap orang lain bisa
dirangkum dlaam satu kalimat: Berusahalah untuk memahami terlebih
dahulu, baru dipahami. Dengan kata lain, dengarkanlah dulu, baru bicara.
Ini adalah suatu kebiasaan, dan ini efektif. Kalau kamu bisa belajar
kebiasaan ini sederhana ini – memandang segalanya menurut kacamata lawan
bicaramu sebelum membagikan pandanganmu sendiri akan terbukalah
pengertianmu.
BACA JUGA:
Alumnus (Alumni Belum Lulus)
Memahami, Kunci Dalam Komunika
3 komentar:
Mendengar. Kedengarannya sederhana tapi tidak semua orang bisa jadi pendengar yg baik. Thanks bro sudah berbagi.
Mantap bro
Memang perlu mendengarkan dulu isi hati seseorang agar bisa menyesuaikan apa yang tepat untuk dibicarakan.
Post a Comment