Sepertinya momen lucu di debat pilgub DKI yang diselenggarakan pada tanggal 27 Januari 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan membuat saya turut hanyut dalam suasana kasak - kusuk politik elktoral itu. Bukan karena mendukung satu calon melainkan karena adegan lucu dan menggelitik yang dipertontonkan oleh para calon layaknya komedian profesional.
Hal tersebu terjadi ketika moderator mempersilahkan pasangan calon Nomor Urut 1 untuk bertanya kepada Pasangan Calon Nomor Urut 3. Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 3, Sylviana Murni pun tak mau menyia-nyiakan waktu yang sangat singkat itu dan langsung melempar pertanyaan ke Pasangan Calon Nomor Urut 3, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Empo Sylvy, begitu dia dipanggil oleh pasangannya, Agus Harimurti Yudhoyono, memulai pertanyaan nya dengan bercerita panjang lebar tentang survey Koalisi Warga Jakarta. Perempuan pemenang ajang Abang None Tahun 1981 itu terus berpidato dengan menyebutkan beberapa produk hukum sampai - sampai tidak sempat menyebutkan inti dari pertanyaan nya sebelum akhirnya disetop oleh moderator.
"Ternyata 98 persen dari survei tersebut menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat terhadap penyusunan RT RW, rencana tata ruang wilayah, ini boleh dikatakan tidak dilibatkan, 98 persen. Berarti masyarakat tidak terlibat dan tidak mengerti akses tentang rencana tata ruang wilayah tersebut. Bahkan ada produk - produk hukum yang dibuat oleh pergub. Contohnya 178 tahun 2015 Tentang Penataan Kegiatan Dalam Pemanfaatan Ruang. Kemudian ada lagi Pergub 139 2016 Tentang RPTRA", Cerita Sylvi.
Waktu yang ditentukan oleh penyelenggara terus berjalan dan habis sebelum Sylvy menyampaikan pertanyaan.
"Tetttttttt...." Bunyi bel panjang menandakan waktu Sylvi menyampaikan pertanyaan sudah habis.
"Waktu habis...waktu habis," Moderato menyemprit Sylvi
Boleh dibilang Sylvi sedang berharap agar pertanyaan yang dilemparkan dapat menjadi umpan kepada Paslon nomor urut 3, Anies Baswedan untuk menyerang paslon nomor urut 2 yang sekaligus calon petahana dalam pilgub DKI Jakarta 2017. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana aksi seorang politikus yang berhasrat memenagkan kompetisi politik saat di depan televisi. Semua jurus dikeluarkan bukan? Walaupun rakyat yang sering kali dikecewakan itu sudah muak dengan tontonan semacam ini dalam ajang perebutan kekuasaan menjelang pemilu, pilpres maupun pilkada.
Kompetisi sekelas pilkada tentu kesalahan rival adalah modal. Bahkan kalau bisa ada tim yang dibentuk khusus memantau dan mencari-cari kesalahan lawan.
"Jadi pertanyaan nya apa "? Tanya Anies kepada Sylvi sambil senyum-senyum geli.
"Keterlibatan masyarakat," sahut empo Sylvi.
Anies menghampiri Sylvi. Tampak Anis dan Sylvi berbisik - bisik namun percakapan di antara mereka kurang begitu jelas terdengar karena teriakan dan sorai penonton. Ditambah lagi peringatan dari moderator yang terus memerintahkan Sylvi kembali ketempat. Tetapi dari gelagat nya sepertinya Anies sedang menanyakan apa inti pertanyaan Sylvi. Tidak tahu apakah Anies benar - benar tidak menangkap apa yang dimaksud Silvi atau sedang memanfaatkan momen itu sebagai kesempatan emas untuk mempermalukan mantan Wali Kota Jakarta Pusat yang jadi rivalnya itu.
Kalau bisa digambarkan apa yang ada di pikiran Anies saat itu, mungkin dalam hati Anies berkata: Lu mau jebak gue ama pertanyaan lu yang belum jelas itu buat nyerang calon yang ditengah? Entar dulu...lu ga usah nyuruh ngajarin gue cara die juga dia bakalan gue serang. Tapi lu rasain dulu nih. Kira kira seperti itu.
Adapun Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (DjaroT) dari paslon nomor urut 2 yang jadi target serangan tak mau kehilangan momen. Melihat moderator yang tak berhasil menghentikan bisik-bisik Anies dan Sylvi dan suasana ruangan debat semakin riuh, Ahok yang semula hanya berupaya memisahkan kedua rival nya itu dalam posisi tetap duduk, kini dia pun berdiri dan membentangkan kedua tangan layaknya seorang hakim di atas ring tinju sambil tertawa. Sesekali Ahok mengulurkan kedua tangan nya kepada moderator sebagai isarat bahwa kedua rival nya itu tidak adil. Aksi Ahok hampir menyerupai aksi Pepe, bek tengah Real Madrid itu yang ketahuan wasit menginjak tangan Lionel Messi saat perempat final Copa Del Rey tahun 2012 lalu, tapi sok tidak berdosa.
Ahok melanjutkan aksinya dengan menari sambil berputar-putar layaknya penari latar mengiringi gerak langkah Sylvi yang tampak salah tingkah menuju tempat duduknya. Djarot pun demikian. Bahkan sylvi kembali ke tempat duduk, Djarot tertawa kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya. Sepertinya Ahok-Djarot sedang merayakan dua kesuksesan sekaligus. Pertama kesuksesan mereka memisahkan Anies dan Sylvi yang sebelumnya gagal dilakukan oleh moderator. Dan kedua, kesuksesan menggagalkan serangan yang direncanakan terhadap mereka.
Ternyata mantan rektor belum puas mempermalukan Sylvi. Saat tiba giliran Anies menjawab pertanyaan Sylvi. (Berarti kalau begitu Anies sudah tau inti pertanyaan Sylvi hasil dari bisik-bisik yang baru saja dibubarkan paksa oleh kolaborasi Ahok-Djarot dan moderator)
"Terimakasih bu Sylvi, soalnya tadi penjelasannya panjang pertanyaan nya enggak keluar" tambah Anies dengan senyuman-tawa penuh ledekan.
"Haaa....a..a...wkwkwkwkwk...." sorai para pendukung.
Sudah pasti itu sorak-sorai itu datang dari pendukung paslon nomor urut 2 dan 3. Pun kalau ada dari pendukung paslon nomor urut 1, pasti teriakan penyemangat kepada bu Sylvi agar tetap kuat dan tegar menerima kenyataan itu dan tetap mau mengikuti acara debat hingga selesai.
(Berarti kali ini terjadi gencatan serangan antara pendukung paslon nomor urut 2 dan 3). Para Pendukung yang ada di lokasi debat dari kedua pasangan calon tersebut kompak menyoraki empo Sylvi. Belum lagi yang di luar lokasi debat dan di media sosial.
Menyadari dirinya di kick balik dan dipermalukan, dengan senyum yang sedikit kesel Sylvy menunjuk ke arah Menteri yang di pecat sebelum masa jabatan berakhir itu sambil menggerakkan jari telunjuk ke kiri dan ke kanan seperti wiper mobil. Mungkin dalam hati nya: wuah parah lu Nis...awas ya...
Mengetahui hal itu, Anies langsung berhenti tertawa dan melanjutkan jawabannya dengan serius.
"Tapi nggak papa, jadi saya tau maksudnya, iya..." Tegas Anies sambil menyampaikan teori-teorinya.
Sementara Agus dan Sandi hanya diam ditempat dan menyaksikan peistiwa itu dengan senyum sipu.
Begitulah debat dengan dua tema sekaligus, yaitu Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik dan Penataan Kawasan Perkotaan itu seketika berubah jadi acara komedi. Para kandidat pun memainkan perannya dan mendadak jadi komedian.
Empo Sylvy, begitu dia dipanggil oleh pasangannya, Agus Harimurti Yudhoyono, memulai pertanyaan nya dengan bercerita panjang lebar tentang survey Koalisi Warga Jakarta. Perempuan pemenang ajang Abang None Tahun 1981 itu terus berpidato dengan menyebutkan beberapa produk hukum sampai - sampai tidak sempat menyebutkan inti dari pertanyaan nya sebelum akhirnya disetop oleh moderator.
"Ternyata 98 persen dari survei tersebut menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat terhadap penyusunan RT RW, rencana tata ruang wilayah, ini boleh dikatakan tidak dilibatkan, 98 persen. Berarti masyarakat tidak terlibat dan tidak mengerti akses tentang rencana tata ruang wilayah tersebut. Bahkan ada produk - produk hukum yang dibuat oleh pergub. Contohnya 178 tahun 2015 Tentang Penataan Kegiatan Dalam Pemanfaatan Ruang. Kemudian ada lagi Pergub 139 2016 Tentang RPTRA", Cerita Sylvi.
Waktu yang ditentukan oleh penyelenggara terus berjalan dan habis sebelum Sylvy menyampaikan pertanyaan.
"Tetttttttt...." Bunyi bel panjang menandakan waktu Sylvi menyampaikan pertanyaan sudah habis.
"Waktu habis...waktu habis," Moderato menyemprit Sylvi
Boleh dibilang Sylvi sedang berharap agar pertanyaan yang dilemparkan dapat menjadi umpan kepada Paslon nomor urut 3, Anies Baswedan untuk menyerang paslon nomor urut 2 yang sekaligus calon petahana dalam pilgub DKI Jakarta 2017. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana aksi seorang politikus yang berhasrat memenagkan kompetisi politik saat di depan televisi. Semua jurus dikeluarkan bukan? Walaupun rakyat yang sering kali dikecewakan itu sudah muak dengan tontonan semacam ini dalam ajang perebutan kekuasaan menjelang pemilu, pilpres maupun pilkada.
Kompetisi sekelas pilkada tentu kesalahan rival adalah modal. Bahkan kalau bisa ada tim yang dibentuk khusus memantau dan mencari-cari kesalahan lawan.
"Jadi pertanyaan nya apa "? Tanya Anies kepada Sylvi sambil senyum-senyum geli.
"Keterlibatan masyarakat," sahut empo Sylvi.
Anies menghampiri Sylvi. Tampak Anis dan Sylvi berbisik - bisik namun percakapan di antara mereka kurang begitu jelas terdengar karena teriakan dan sorai penonton. Ditambah lagi peringatan dari moderator yang terus memerintahkan Sylvi kembali ketempat. Tetapi dari gelagat nya sepertinya Anies sedang menanyakan apa inti pertanyaan Sylvi. Tidak tahu apakah Anies benar - benar tidak menangkap apa yang dimaksud Silvi atau sedang memanfaatkan momen itu sebagai kesempatan emas untuk mempermalukan mantan Wali Kota Jakarta Pusat yang jadi rivalnya itu.
Kalau bisa digambarkan apa yang ada di pikiran Anies saat itu, mungkin dalam hati Anies berkata: Lu mau jebak gue ama pertanyaan lu yang belum jelas itu buat nyerang calon yang ditengah? Entar dulu...lu ga usah nyuruh ngajarin gue cara die juga dia bakalan gue serang. Tapi lu rasain dulu nih. Kira kira seperti itu.
Adapun Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (DjaroT) dari paslon nomor urut 2 yang jadi target serangan tak mau kehilangan momen. Melihat moderator yang tak berhasil menghentikan bisik-bisik Anies dan Sylvi dan suasana ruangan debat semakin riuh, Ahok yang semula hanya berupaya memisahkan kedua rival nya itu dalam posisi tetap duduk, kini dia pun berdiri dan membentangkan kedua tangan layaknya seorang hakim di atas ring tinju sambil tertawa. Sesekali Ahok mengulurkan kedua tangan nya kepada moderator sebagai isarat bahwa kedua rival nya itu tidak adil. Aksi Ahok hampir menyerupai aksi Pepe, bek tengah Real Madrid itu yang ketahuan wasit menginjak tangan Lionel Messi saat perempat final Copa Del Rey tahun 2012 lalu, tapi sok tidak berdosa.
Ahok melanjutkan aksinya dengan menari sambil berputar-putar layaknya penari latar mengiringi gerak langkah Sylvi yang tampak salah tingkah menuju tempat duduknya. Djarot pun demikian. Bahkan sylvi kembali ke tempat duduk, Djarot tertawa kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya. Sepertinya Ahok-Djarot sedang merayakan dua kesuksesan sekaligus. Pertama kesuksesan mereka memisahkan Anies dan Sylvi yang sebelumnya gagal dilakukan oleh moderator. Dan kedua, kesuksesan menggagalkan serangan yang direncanakan terhadap mereka.
Ternyata mantan rektor belum puas mempermalukan Sylvi. Saat tiba giliran Anies menjawab pertanyaan Sylvi. (Berarti kalau begitu Anies sudah tau inti pertanyaan Sylvi hasil dari bisik-bisik yang baru saja dibubarkan paksa oleh kolaborasi Ahok-Djarot dan moderator)
"Terimakasih bu Sylvi, soalnya tadi penjelasannya panjang pertanyaan nya enggak keluar" tambah Anies dengan senyuman-tawa penuh ledekan.
"Haaa....a..a...wkwkwkwkwk...." sorai para pendukung.
Sudah pasti itu sorak-sorai itu datang dari pendukung paslon nomor urut 2 dan 3. Pun kalau ada dari pendukung paslon nomor urut 1, pasti teriakan penyemangat kepada bu Sylvi agar tetap kuat dan tegar menerima kenyataan itu dan tetap mau mengikuti acara debat hingga selesai.
(Berarti kali ini terjadi gencatan serangan antara pendukung paslon nomor urut 2 dan 3). Para Pendukung yang ada di lokasi debat dari kedua pasangan calon tersebut kompak menyoraki empo Sylvi. Belum lagi yang di luar lokasi debat dan di media sosial.
Menyadari dirinya di kick balik dan dipermalukan, dengan senyum yang sedikit kesel Sylvy menunjuk ke arah Menteri yang di pecat sebelum masa jabatan berakhir itu sambil menggerakkan jari telunjuk ke kiri dan ke kanan seperti wiper mobil. Mungkin dalam hati nya: wuah parah lu Nis...awas ya...
Mengetahui hal itu, Anies langsung berhenti tertawa dan melanjutkan jawabannya dengan serius.
"Tapi nggak papa, jadi saya tau maksudnya, iya..." Tegas Anies sambil menyampaikan teori-teorinya.
Sementara Agus dan Sandi hanya diam ditempat dan menyaksikan peistiwa itu dengan senyum sipu.
Begitulah debat dengan dua tema sekaligus, yaitu Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik dan Penataan Kawasan Perkotaan itu seketika berubah jadi acara komedi. Para kandidat pun memainkan perannya dan mendadak jadi komedian.
0 komentar:
Post a Comment