Kesimpulan Buruh Perempuan SEBUMI-KASBI Setelah Belajar Ekonomi Politik

Saturday, 21 October 2017

Kesimpulan Buruh Perempuan SEBUMI-KASBI Setelah Belajar Ekonomi Politik


Kesimpulan Buruh Perempuan SEBUMI-KASBI Setelah Belajar Ekonomi Politik
"Pendidikan dan berdiskusi" adalah ciri organisasi/serikat buruh revolusioner. Bila organisasi/serikat buruh menginginkan perubahan, bebas dari segala bentuk penindasan dan penghisapan, maka organisasi tersebut harus memprogramkan dan melaksanakan pendidikan kepada pengurus dan anggotanya.

Aktifitas itu yang terlihat di sekretariat Federasi Serikat Buruh Militan (SEBUMI-KASBI) di Jl. A.H.  Nasution, Bandung. Sore hari Kamis, (19/10) tampak beberapa orang buruh perempuan sedang belajar ekonomi politik.

Meski dalam kondisi lelah setelah bekerja selama delapan jam di pabrik, tetapi tidak mengurangi semangat buruh CV. Sandang Sari itu dalam mengurai bagaimana penghisapan kaum modal terhadap buruh.

Dimulai dengan membaca Bintang Buruh secara bergantian dan mendiskusikan nya bersama-sama, selanjutnya mereka menghitung nilai penjualan barang yang mereka produksi dalam sehari. Diskusi tersebut benar-benar memberikan perspektif lebih maju bagi mereka. Dari hasil berdiskusi, ibu-ibu rumah tangga itu semakin sadar dan mengerti tentang perampasan nilai lebih dari hasil kerja buruh oleh kapitalis.

Sri, salah seorang peserta diskusi mengaku sangat tertarik dengan diskusi yang rutin dilakukan di sekretariatnya, karena pemahaman yang didapatkan memberi panduan bagi dirinya dalam berjuang bersama kawan-kawan nya.

"Kami mengagendakan diskusi Bintang Buruh bagi anggota kami karena kami mengerti penting nya membaca dan mendiskusikan Bintang Buruh. Materi-materi nya memberi pemahaman yang sangat berguna bagi masa depan perjuangan kaum buruh. Sepenuhnya mencerminkan cita-cita kaum buruh." Sri menyimpulkan.

Selain itu, Aminah, Ketua Umum Federasi SEBUMI-KASBI yang juga ikut serta dalam diskusi punya kesimpulan tersendiri dari membaca terbitan resmi KASBI itu. Ia berkesimpulan bahwa pengisapan kaum pemodal terhadap buruh memang sangat terselubung. Pemilik modal hanya membayar tenaga buruh dengan upah, sedangkan hasil kerja buruh seluruhnya dirampas oleh pemilik modal.

“Cara kapitalis menindas dan merampas hasil kerja buruhnya memang sangat halus sekali, sampai sampai kita terkadang mengetahui ada buruh yang merasa tidak ditindas oleh pemilik modal (pengusaha), dikarenakan ia telah menerima upah. Buruh tidak mengetahui bahwa justru dengan cara memberi upah itulah cara kapitalis merampas hasil kerja buruh nya. Artinya, upah sebenarnya adalah harga atau nilai dari tenaga-kerjanya buruh, yang sudah ada dalam tubuh fisiknya sebelum ia bekerja. Apalagi kan upah dibayarkan setelah buruh menyelesaikan kerjanya, lalu si buruh melihat bahwa upah itu adalah harga atau nilai dari kerjanya.” Jelas Aminah.

Oleh: Andri - Sekretaris Umum Federasi SEBUMI-KASBI

BACA JUGA:

1 komentar:

Rinaldi Hasibuan said...

Upah adalah harga tenaga buruh yang sudah dimiliki sebelum ia bekerja kepada pengusaha. Dikembalikan kepada nya oleh pemilik modal setelah 30 hari bekerja. Sementara hasil kerja nya (nilai lebih dari tenaganya dirampas seluruhnya oleh pengusaha tanpa disadari oleh buruh itu sendiri.

Postingan yang bermanfaat bung. Sayang di serikat saya tidak ada pendidikan yang seperti ini. Salut kepada kawan-kawan KASBI, hidup buruh...!!!