Seperti yang disuarakan buruh perempuan dan seluruh elemen gerakan rakyat pada aksi peringatan Hari Perempuan Sedunia beberapa hari yang lalu atau yang dikenal dengan IWD (International Womens Day), kondisi Persoalan buruh migran sampai saat ini masihlah sangat relevan untuk terus di suarakan
Saya akan bercerita sedikit tentang bagaimana buruh migran Indonesia yang bekerja di sektor domestik, karena mereka adalah perempuan dan juga adalah bagian dari kelas buruh. Dan kebetulan juga saya menjadi bagian hidup salah seorang buruh migran Indonesia.
Perempuan yang menjadi buruh migran Indonesia di sektor domestik sangat rentan terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh mulai dari agen penyalur, oknum instansi terkait dan majikan. Bentuk pelanggarannya bermacam-macam; pemerasan dalam bentuk overcharging, pungli dari oknum instansi, upah yang tidak dibayar, pelecehan seksual, pemerkosaan, penjualan manusia, bahkan sampai penyiksaan oleh majikan yang berujung pada kematian. Belum lagi banyak dari buruh migran Indonesia yang menghadapi hukuman mati di negara penempatan.
Buruh-buruh migran sektor domestik mengalami beban kerja dan beban psikologis lebih berat dibandingkan buruh-buruh industri. Tidak seperti buruh industri yang bisa bebas ketika jam kerja mereka di pabrik berakhir, buruh-buruh migran sektor domestik harus berhadapan dengan jam kerja mereka yang hingga lewat tengah malam, dan mereka harus berhadap-hadapan dengan majikan mereka selama 24 jam setiap harinya, banyak dari mereka yang tidak pernah merasakan hari libur.
JANGAN LEWATKAN:
Permasalahan Buruh Perempuan Di Tempat Kerja
Buruh Garmen: Anak Tiri Bangsa Ini
Banyak, bahkan terlalu banyak persoalan terkait buruh migran. Semuanya lagi-lagi bermuara pada ketidakmampuan negara untuk menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya sendiri. Ketika akumulasi persoalan ini semakin membuat negara kewalahan, maka negara menjawabnya dengan moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke negara-negara penempatan tertentu, yang sejatinya bukanlah jalan keluar dan bahkan semakin menunjukkan ketidakhadiran negara dalam persolan rakyatnya.
Maka, di Hari Perempuan Sedunia ini layak dan sudah semestinya kita juga menyuarakan tuntutan kaum buruh migran Indonesia. Sudah semestinya kita juga meneriakkan tuntutan: Kerja Layak dan Manusiawi Bagi Buruh Migran Indonesia, Perlindungan Bagi Buruh Migran Indonesia di Negara Penempatan, Bebaskan Buruh Migran Indonesia dari Ancaman Hukuman Mati, Bongkar dan Tindak Tegas Praktek Pemerasan Overcharging.
Tuntutan-tuntutan ini harus selalu kita teriakkan sepanjang negara belum mampu memberikan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi rakyatnya sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.
Tidak akan ada pembebasan sejati bagi rakyat tanpa pembebasan perempuan. Selamat Hari Perempuan Sedunia, Panjang Umur Perlawanan (Elya Rosa)
1 komentar:
Segera bergabung dan bermain dengan kami hanya di Saranapelangi dengan kartu yang baik untuk kemenangan anda setiap harinya.
Saranapelangi Menyediakan :
*8 Games 1 User ID (New Games *Bandar66*)
*Bonus Turnover 0.5% Dibagikan Setiap Harinya
*Bonus Referral 20% Seumur Hidup
*Minimal Deposit & Withdraw : 20.000
Info Lebih Lanjut :
- Website : saranapelangi<.dot>link
- BBM : 2B47BB9C
- Line : csnini
- CALL (Whatsapp) : +85581508599
Post a Comment