Sejumlah tuntutan yang diusung adalah bukti nyata bahwa belum terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi buruh secara khusus dan rakyat Indonesia secara umum. Mulai dari Jaminan sosial yang belum didapat oleh rakyat, Pendidikan yang mahal, masih dilegalkannya Sistem Kerja Kontrak dan Alih Daya (Outsourcing), subsidi yang dihilangkan, tidak adanya Perlindungan dan Kepastian Kerja dan lain sebagainya. Tuntutan tersebut tidaklah semata-mata hanya persoalan dan kepentingan kaum buruh semata, melainkan adalah persoalan dan kepentingan rakyat Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ada banyak kelompok apatis-oportunis yang tidak mau tau dan tidak mau pusing (masa bodo) atas kondisi yang dialami bangsa ini. Mereka berkembang dan tumbuh subur di tengah masyarakat. Begitu saja mereka mendamaikan dirinya dengan situasi yang dialami oleh Bangsa ini dengan berbagai dalih. Begitu saja mereka menerima dan merasionalkan kesengsaraan dan kemiskinan yang merajalela. Ironisnya, para akademisi, kaum intelektual, para profesor-profesor, aktivis kekiri-kirian juga tidak sedikit yang masuk dalam kelompok ini.
Maka saat ini hanya serikat buruh sejatilah yang tetap konsisten dalam berjuang melawan ketidakadilan. Janji-janji busuk dan kebijakan-kebijakan populis tak mampu membeli idealisme kaum buruh, celoteh para ahli, para pakar tak mampu membendung gerak perlawanan kaum buruh. Tidak ada dakwah yang mampu mendamaikan kita dengan kondisi Bangsa ini yang semakin terpuruk dibawah kekuasaan rezim Neolib. Kecuali dengan menghimpun kekuatan bersama dan berjuang habis-habisan menghentikan laju kapitalis global yang ingin mengeruk kekayaan Bangsa kita, kita harus keluar dari kepungan imprealisme yang sedang melancarkan serangan yang tak henti-henti meluluhlantahkan Bangsa kita.
Tentu pilihannya ada pada kita. Apakah kita akan terus-terusan menjadi bangsa budak di tengah tengah bangsa lain atau menjadi bangsa yang terhormat, berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berbudaya.
Oleh :Irman Bunawolo
Oleh :Irman Bunawolo
0 komentar:
Post a Comment