Membongkar Dan Memperbaiki Patronase Dalam Organisasi

Monday 1 April 2019

Membongkar Dan Memperbaiki Patronase Dalam Organisasi

Membongkar Dan Memperbaiki Patronase Dalam Organisasi
Hancurkan Adat dan paham tua, kita rakyat sadar… sadar

Dunia telah berganti rupa untuk kemenangan Kita...(Penggalan lagu Internasionale)

Patronase atau ketergantungan terhadap seseorang, sering menjadi topic bahasan dalam organisasi massa terutama Serikat Buruh. Patronase menjadi problem pokok dalam membangun organisasi yang demokratis. 

Patronase ini bisa dalam bentuk pengambilan keputusan, pencarian dana dan kerja-kerja teknis organisasi, seperti membuat surat, nyebarain undangan, melakukan advokasi dan sebagainya. Ketergantungan dalam Serikat buruh (baik skala tingkat pebrik, kota, wilayah atau nasional) saat ini masih cukup dominan. Ukuranya bisa dilihat dari :

Bila Organisasi mau mengambil keputusan, nunggu orang tersebut ada atau memberi fatwanya/arahan.

Bila mengerjakan sesuatu, nunggu orang tersebut. Dari rapat jaringan sampai kasus-kasus dikerjakan sama orang itu-itu juga

Sebab terjadinya patronase bisa ada 2 sebab yang saling berhubungan, yakni :

Pertama, massa anggota yang membiarkan/tidak peduli pada organisasi sehingga selalu menyerahkan pada satu orang saja. Tetapi ini juga bisa dicek, apakah pendidikan organisasi berjalan atau tidak. Karena bila pendidikan tentang manajemen organisasi tidak pernah ada maka menjadi wajar anggota menyerahkan kepada satu orang saja (ini bisa juga berkaitan dengan point 2)

Kedua, sengaja orang (bisa jadi lembaga juga) yang membangun organisasi sebagai pijakan dirinya menjadi terkenal, sehingga anggota organisasi dibuat tidak kritis dan mengekor dirinya.

Akibat dari patronase ini cukup banyak dan membahayakan kelangsungan organisasi kedepannya. Yang jelas organisasi tidak pernah obyektif dalam membuat program organisasi, tidak sesuai apa yang sedang bergerak didalam tubuh organisasi itu sendiri. Dan yang pokok, Kemandirian organisasi dan proses demokratisasi dalam organisasi mandek sama sekali. Bila demokratisasi terhenti akibatnya adalah kemandekan pengorganisasian dan kaderisasi. Hal lainnya adalah melahirkan raja kecil dalam organisasi yang bisa berbuat semaunya, sehingga organisasi jatuh dalam otoriter serta dipakai untuk kepentingan pribadi.

Lalu Bisakah Patronase Dibongkar Dan Diperbaiki?


Tentu saja bisa, selama anggota berani membangun organisasi lebih demokratis. Selama anggota berani kritis dan tidak takut berbeda pendapat. Selama anggota berani bertanggung jawab dan berperan dalam organisasi. Selama anggota mau berbuat dengan apa yang dia bisa. 

Memperbaiki patronase biasanya akan terjadi satu pertentangan hebat didalam organisasi, terutama dimana patronase disengaja oleh orang atau lembaga. Tetapi selagi berpijak pada tujuan organisasi dan kepentingan perjuangan kaum buruh maka anggota tidak perlu takut.  Serta yang harus dilihat adalah cara yang demokratis, karena seringkali pimpinan yang otoriter dan membangun patronase sering menggunakan cara POKOKE, YANG PENTING dan kata-kata penekan bagi anggota yang mengkritisinya, tanpa penjelasan argumentasi yang obyektif . tentu itu bukan sebuah demokrasi, harus dilakukan perbaikan. 

Mari mulai hancurkan adat lama dalam organisasi, Karena seseorang yang menjadi patron seolah-olah menjadi super, tetapi bila kita telaah lebih dalam sebenarnya orang tersebut telah terjebak dalam rawa-rawa yang semakin lama dia akan tenggelam. Orang itu menjadi semakin bodoh dan kerdil, demikian juga organisasinya menjadi kerdil.

BACA JUGA:
Penghitungan Upah Lembur Yang Benar Menurut Aturan 
Mengetahui Hak – Hak Normatif Buruh 
Regionalisasi Upah, Politik Rezim Memecah Gerakan Buruh 
Sejarah Periodisasi Hukum Perburuhan 
Undang-Undang PPHI Jurang Kelam Bagi Kaum Buruh

1 komentar:

Unknown said...

Awalnya mengidolakan seseorang (pemimpin), lama-lama mendewakan bahkan menganggap semua perilaku dan ucapan orang yang didewakan adalah kebenaran yang mutlak. Intinya, patronase disebabkan oleh salah satunya ialah karena tidak mau belajar.